Jumat, 12 Juli 2019

Pentas Sandiwara

"Suka dan duka datang silih berganti. Jika pun senang, itu kesenangan yang menipu. Jika pun sedih, sungguh sedihnya pun merupakan kesedihan yang sementara. Karen itulah disebut sebagai alam fana (sementara). Tentu sangat berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di akhirat kelak. Barang siapa senang saat di akhirat, ia akan senang selamanya. Barang siapa menderita, ia akan menderita selamanya.
Dunia ini hanya pentas sandiwara. Jika di dunia kita berperan sebagai petani, bertanilah dengan baik. Niatkan segala pekerjaan, mulai dari mencangkul, menanam, memberi pupuk, mencabuti rumput, hingga memanen, sebagai manifetai pengabdian kita kepada Sang Pencipta."
Panjang ya, maapin tu cuplikan bukunya Pak Ahmad Rifa'i Rif'an yang judulnya "Izrail Bilang, Ini Hari Terakhirku". Bagus betz gais serius. Highly recommended buat dibaca pokok.
Sedikit berpendapat tentang dunia. Hmm. Sepertinya hampir semua orang pernah denger kalau kita di dunia ini cuma sebentar, yang kekal di akhirat, dunia itu fana, dkk. But, aku memikirkan tentang keyakinan kita pada hal-hal ini. Al-Quran yang bilang kalau di dunia itu bentar, di akhirat yang lama, kalau kita ndak serius beramal di dunia, nanti di akhirat masuk neraka, gitu-gitu deh pokoknya. Tapi kalau dibandingkan dengan sikap kita di dunia, ini ku lagi introspeksi diri ceritanya gais, yang sholat aja nunda-nunda, masih suka mikirin doi, ngaji masih males-malesan, dkk. Nah itu ku kadang mikir, "Aku beneran percaya ta kalau akhirat ada, surga neraka ada, siksa kubur tu ada??" Kalau percaya 100% bukannya kita bakal takut ya buat nunda sholat, kan mati tu sewaktu-waktu. Kita bakal takut melakukan hal-hal yang salah. Tp realitasnya kita bisa santuuui kalau nunda sholat tuh, seolah-olah maut itu jauuuh. Mmm. Bisakah ini diartikan kalau kita ndak percaya kematian itu dekat? Kurang percaya neraka itu ada. Al Quran sudah bilang baanyak hal yang menggambarkan kalau siksa neraka tu sedemikian pedihnya. Kok kita bisa santai? Kalau menurutku, perlu balik lagi deh ke pertanyaan paling awal di hidup ini. "Tuhan itu ada gak si?" Menurutku kita tu kurang percaya kalau Tuhan tu bener-bener ada. Banyakan kita kalau mau mikir "Allah tu beneran ada ga ya?" itu pasti langsung dihapus sama perkataan "Ah aku mikir apaseh" Padahal, memikirkan tentang Tuhan itu penting loh. Pencarian Tuhan itu penting menurutku. Kalau kita beriman hanya karena orang tua kita, kita hanya akan menganggap ibadah dan segalanya itu kewajiban yang tanpa dasar. Mau cinta tapi tak punya alasan, soalnya ya antara yakin sama ndak Tuhan tu ada. Mikir ini juga yang bikin ustadz Felix Siauw masuk islam dengan sepenuh hati dan sampe sekarang se gigih itu buat berdakwah. Karena beliau bener-bener tau Tuhan tu ada. Mikirnya dengan dasar lo ya tapi, liat fenomena alam, sosial, dan segalanya. Ku pernah berada dalam fase galau, dan mempercayakan keberadaan Tuhan. Alhamdulillah melalui hal itu kujadi yakin seyakin-yakinnya, Allah tu beneran ada dan Al-Quran itu benar. Nah ada rentetan lagi, berarti Neraka itu beneran ada dums? Oh God!! Kadung aku berleha-leha di dunia, sans buat salah, dkk. Astaghfirulloh. Berubahpun realitasnya ndak gampang, harus jungkir balik dulu baru bisa. So, Ya okelah. At least ada usaha. Allah yang adil akan melihat semua usaha kita :) aamiin.. Semangad gais.

Selasa, 18 Juni 2019

Manusia-Manusia Kuat, Itu Kita

Manusia-manusia kuat, itu kita! Jiwa-jiwa yang kuat, itu kita!
 
 
Sering aku bertanya, kenapa aku berbeda? Terlepas dari berbagai sisi yang memang berbeda setiap orang, aku ingin menyoroti sisi kesehatan. Aku, seorang yang akan sakit ketika makan es di pinggir jalan, seorang yang akan sakit perut bila makan terlalu banyak minyak, terlalu banyak garam, atau gula, apalagi micin. Ketika orang lain merasa makanan dengan penuh citarasa itu sedap, aku tidak. Makanan itu akan membuatku mual setelah makan. Aku. Seorang yang tidak bisa stress. Aku akan sakit bila stress. Sakit jantungku akan kambuh, pencernaanku terganggu, dan seluruh metabolism tubuh yang tidak lancar langsung terasa efeknya. Kadang aku meyesali hal ini. kenapa begitu? Di dunia yang penuh kerumitan ini, hampir tidak mungkin untuk benar-benar terbebas dari stress. Terutama seorang aku yang dulu saangat mudah terserang stress karena berbagai alasan. Sang makhluk sensitif, aku. Sudah kucoba memotong sangat banyak hal yang perlu dipikirkan untuk menjadi seorang yang tidak mudah stress, but, bagaimanapun hidupku juga layaknya hidup manusia biasa yang banyak masalah. Sebenarnya bisa, ah tidak, harusnya aku bisa. Tapi kenapa masih sulit? Hatiku masih belum sepenuhnya untuk akhirat sepertinya, masih ada sebagian cukup besar yang berharap kepada manusia dan untuk kehidupan duniawi. Kurasa ini. faktor penyebab hidupku tidak tenang. Aku tau ketika Allah memberiku sakit seperti ini, karena Dia menyayangiku., Dia tak mau aku memikirkan hal-hal yang tidak penting, Allah ingin aku menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada-Nya. Tapi kenapa berat? Alasannya sederhana, karena Allah mau memberimu surge! Allah mau kamu menjadi orang yang kuat dan memperjuangkan umat. Melawan keterbatasan dan menjadi orang yang bermanfaat, agar kamu layak menjadi salah satu penghuninya.

Satu hal saja yang perlu kau lakukan, tetap bertahan, sekeras apapun badai ujian yang menerpa, semua pasti ada akhirnya. Allah pun memberimu ujian bukan tanpa makna, sabar. Allah bukan hanya memberimu ujian dan pergi, tidak! Allah ada, Allah akan memberimu bantuan, hanya kau perlu sabar karena Allah lebih tau kapan kau benar-benar membutuhkan bantuan, kawan. Allah pun bilang “Meminta tolonglah padaku dengan sabar dan sholat” Pasti Allah bantu, Allah tau kau perlu pertolongan dan Allah pasti akan bantu. Hanya saja kadang bantuan Allah tidak kau sadari, bisa jadi Allah memberimu bantuan ketenangan hati, atau Allah sengaja mengakhirkan pertolongan karena Allah mau kamu menjadi orang yang kuat! Allah tau kamu akan bertahan! Allah pernah bilang “Bersama kesulitan ada kemudahan” Bersama, Allah bilang bersama, bukan setelah, “Ba’da”. Kalau kau merasa hidupmu sulit, tunggulah. Ada kemudahan yang menyertainya. Tak mungkin dalam hidup ini kau hanya merasakan sedih, tidak akan! Pasti aka nada waktunya untuk berbuka, pasti, insyaaAllah. Maka Kuatlah!! Kau bisa, Allah tau kau bisa, dan kaupun tau kau bisa!! Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambanya, Allah tau kau mampu melewati cobaan yang menurutmu berat ini, tidak-kah kau merasa beruntung menjadi orang yang kuat dengan cobaan ini? Sebagai pesan penutup, ingatlah dunia ini hanya sementara, tak lebih dari satu hari saja, kata kau di akhirat nanti. Atau hanya 1,5 jam. Jadikan dia bermanfaat dan bermakna! Agar hidupmu tidak se-level dengan hidup babi hutan dank era yang dikatakan Buya Hamka. Bismillah. Kuat!

Senin, 17 Juni 2019

Oh Allah, What’s wrong with me?


Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)


Lelah. Seharian penuh aku merasa ada yang salah dengan diriku. Berawal dari kambuhnya penyakit jantungku karena beberapa hari tidak olahraga dan kecapekan kemarin hingga akhirnya berdampak pada kesehatan fisik yang menurun sampai sakit kepala. “Sep kamu besok ujian PGRS tolong jangan lupa” “Sep kamu ada tugas makalah juga”. Iya aku tidak lupa, tapi aku hanya tidak kuasa. Rasanya berat. Bahkan aku tidak tau apa yang membuat semua ini berat? Aaaa dosaku terlalu banyak tampaknya. Astaghfirulloh. Satu-satunya yang kurasa saat ini adalah… hopeless. Aku sudah tak tau apa yang terjadi. Situasi macam apa ini? Septi berlari menuju kehancuran. Ya Allah tolong. Beritahu aku satu hal. Apa yang salah dariku?? Tolong beritahu aku, biar aku bisa memperbaikinya? Aku ingin menangis keras saat ini, tapi tak bisa. Entah kemana menguapnya air mata ini. Apa karena Surabaya panas?


Takut. Aku takut bila setelah ini malaikat maut datang padaku, aku akan hancur. Hancur di neraka. Hancur karena membawa tubuh yang diberika Allah untuk hal-hal yang tidak berguna, membawa tubuh ini menjadi sekadar jasad tanpa manfaat, atau bahkan membawa tubuh ini menuju maksiat. Apa yang harus kulakukan? Aku tak mau menyesal tolong. Sedetik aku melihat malaikat maut, tak ada jaminan Allah akan mengizinkanku megucap asma-Nya. Aku malu, malu dengan masa depan Septi yang baik. Aku serasa dinanti oleh Septi yang berhasil di masa depan, tapi berlari menuju Septi yang gagal. Aku tau Septi yang gagal sedang mencegahku untuk menemuinya, tapi jalannya lebih mudah ke arahnya, sepertinya aku terpesona hingga lupa apa yang kuperjuangkan dan siapa yang ingin kutemui. 


Terlepas dari lika-liku jalan hijrah ini, aku benar tak punya solusi. Oke mari kita ikuti Allah untuk meminta pertolongan di sepertiga malam terakhir. Ah, kangen. Sepertinya hatiku hanya sedang tandus dan merindukan Tuhannya. Sungguh rindu untuk mengadukan cerita-cerita pada-Mu Tuhan. Tolong, bangunkan aku nanti malam, aku rindu.







Sumber: https://www.syahida.com/2016/03/07/4226/dan-apabila-hamba-hambaku-bertanya-kepadamu-aku-sesungguhnya-aku-adalah-dekat/#ixzz5r7V3wzLq

Selasa, 11 Juni 2019

I Choose to Love You Through the Right Way


Perlu bertahun-tahun bagi Ali untuk memantaskan diri menjadi pendamping Fatimah, bahkan Ali mencoba mengikhlaskan bila kenyataannya kelak Fatimah memang bukan jodohnya


Menyukainya sebenarnya adalah cobaan terbesar dalam hidup ini untukku. Lebih besar daripada cobaan himpitan ekonomi, lebih besar dari perang dengan rasa sakit, lebih besar dari permasalahan keluarga yang terjadi, lebih besar dari apapun. Kenapa? Masalah se-sederhana dari kata ‘suka’ kenapa bisa berdampak se-besar ini? Sejujurnya aku takut. Entah berapa kali aku melakukan zina mata ketika ada dia, atau zina pikiran dan hati ketika aku merindukan dia. Aku takut. Kalau nanti aku mati, sedang hatiku masih ternodai rasa-rasa kotor ini. Apa yang aku katakana kepada Rabb-ku nanti? Pun ketika aku terus medekat, aku khawatir dia-pun akan terganggu. Entah itu gangguan yang disadari atau tidak. Bagaimanapun aku wanita, sumber fitnah. Dia punya masa depan, akupun demikian. Namun, bagaimana kalau masa depan dia terganggu karenaku? Tak masalah kalau itu masa depanku yang terganggu, tapi akan berbahaya kalau itu mengganggu dia. Aku yang membuat masalah, akan tidak adil kalau dia-pun ikut terseret dengan dampaknya. Maaf kakak.

Aku tidak mau kisah cintaku seperti Laila Majnun. Kisah cinta yang menjadikan mereka gila. Dunia tak dapat, akhirat apalagi. Aku tau, dia akan jadi milik orang lain. Sejujurnya kubenar-benar memahami itu. Aku sebenarnya selama hampir 2 tahun menyukai dia tidak pernah sekalipun berharap lebih. Aku tau aku tidak layak, dia terlalu baik. Aku memahami itu. Aku tidak ingin menjadi beban bagi dia dengan keberadaanku yang penuh dengan kebobrokan ini. Aku akan sakit hati apabila memelihara nafsu ini. Pasti. Bahkan sekarang sudah mulai muncul rasa itu. Aku tidak mau gila seperti Majnun yang ditinggal menikah oleh Laila. No. Aku punya hal lain yang lebih besar untuk diselesaikan melainkan hanya sekadar urusan percintaan yang tidak penting ini. Aku punya mimpi. Aku punya tujuan. Aku punya orang-orang yang harus diperjuangkan.  Bukan dia. Bukan dia yang perlu kuperjuangkan.

Aku ingin. Kisahku menjadi kisah Ali dan Fatimah. Yang kisah cintanya tidak terjamah setan. Tidak dipermainkan setan. Aku mau. Tapi, aku tau dan memahami. Aku jauuh dari sosok Fatimah. Ah bukan, bukan jauh tapi berkebalikan dengan dia. Aku malu, dengan semua kekuranganku aku tetap menginginkan hal ini. Halu. Tapi tetap aku akan berdoa semoga bisa. Karena yang kutau, Allah Maha Baik. Akan mengabulkan semua doaku. Apalagi doa kebaikan. Baiklah, kalau mungkin sekarang aku tidak se-suci Fatimah tapi aku akan mencoba, belajar menjadi seperti dia. Fatimah yang menjaga perasaan hati-nya. Mejadi wanita suci nan anggun dengan kisah cinta yang tidak terjamah setan. Aku mau. Lagipula jodoh sudah ditentukan. Siapa punyaku dan siapa punya dia. Akan jadi menyakitkan bila dia-ku adalah orang yang berbeda. Maafkan aku. Sejujurnya aku tau cinta yang benar adalah cinta pada dia yang datang dengan kepastian. Okai, sepertinya aku tidak mau menyakiti hati dia yang sesungguhnya. Maaf. Sungguh maaf. Aku akan menjaga diri, hingga nanti suatu hari dia datang dengan memberiku undangan pernikahan, aku akan baik-baik saja. Pun aku tidak ingin keberadaan dia membuatku memihak, membandingkan dia-ku yang sebenarnya dengan dia yang fana. Ah jahat sekali aku.

Aku akan memantaskan diri belajar menjadi wanita yang layak untuk dia, untuk kamu hai masa depan. Segala kekuranganku, I’ll try to fix it agar tidak menjadi batu hambatan bagimu. Kau tau, aku juga akan berjuang untuk menjadi ibu yang baik. Aku akan belajar. Belajar untuk layak. Karena aku tau, kau pasti orang baik dan aku selalu mendoakan itu.

Aku selalu suka dengan Bunda Khadijah. Ah my role model. Bisa ya ada wanita se-keren dia. Aku mau. Aku ingin menjadi se-baik bunda Khadijah untukmu. Aku akan berusaha. Karena ku-tau kau pasti perlu dukungan, perlu wanita se-tegar Bunda Khadijah, se-tulus Bunda Khadijah, se-sabar beliau. Aku ingin berusaha menjadi begitu, untuk kesempurnaanmu. Aku tau masih jauh dan pasti nanti aku tidak akan se-baik beliau, tapi yang perlu kau tau, I’ll do my best. I’ll do my best untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi layak. Aku tidak berharap hal yang terlalu banyak padamu, aku hanya berharap kau bisa memanduku dan mengajakku ke surga. Tolong jadilah bapaknya Tentara Rasul yang bisa mendidik-ku dan mereka dengan benar. Karena bagiku, definisi dari cinta adalah bisa berkumpul lagi di surga.

Wahai masa depan, entah itu dia atau maut. Aku berharap yang terbaik. Doa-ku yang selalu kupanjatkan ketika sholat selalu tertuju padamu. Kau wahai masa depan. “Ya Allah, tolong jangan matikan kami sebelum surge menjadi jaminan untuk kami” dan “Jadikanlah jodohku orang yang sholeh dan dapat membimbing kami sampai ke surga” “Jadikan anak-anakku nanti Tentara Rasul yang dapat memperjuangkan agama dan negara”. Rencana Allah yang terbaik, ketika aku menulis ini aku-pun tak tau mana yang berjodoh denganku. Apakah dia atau maut. Aku sangat berharap merasakan beratnya mendidik para Tentara Rasulku namun rencana Allah yang terbaik. Itulah alasan aku menulis semua ceritaku disini. Bila aku mati, aku sagat berharap orang lain dapat meneruskan cita-citaku. Tolong, agama dan Negara kita perlu pembela :” Aku tau problematika remaja tentang ke-galau-an kehidupan percintaan, pasti ada. Ayo berbenah bersamaku, kita perlu menjadi orang yang benar. Semoga. Terimakasih Allah, atas segala ketetapan dan kebaikan-Mu kepada kami. Berikanlah kebaikan kepada kami dan kuatkanlah kami dalam menggapai mimpi. AAMIIN.
 

Senin, 10 Juni 2019

Berbenah


Don’t wait for miracle, there’s a rough road in front of us.
With obstacles and future that can’t be known, yet I won’t change, I can’t give up.
_SNSD-Into the New World_



Assalamualaikum. Tudei saya akan menceritakan sedikit tentang evaluasi diri. Sejauh ini, saya memahami bahwa diri saya jauh dari kata sempurna. Septi masih penuh dengan kekurangan dan kebobrokan dimana-mana. Sisi ini masih belum baik, itu belum, sana sini, penuh kesalahan. Saya menyadari itu dan sometimes hal ini membuat saya sangat down :” I just felt like “Kok aku salah terus ya, kapan benernya?” semacam itulah. So kali ini saya merasa ada beberapa hal yang akan saya eval dari sekian banyak dan saya rasa bersama dengan ditulisnya postingan kali ini akan saya jadikan sarana untuk berkomitmen merubah diri. Semoga bisa semoga saya diberi kesempatan untuk lulus dalam upgrading kali ini :)) aamiin

So, satu hal yang paling utama ingin saya upgrade adalah tentang ISTIQOMAH. Saya sejauh ini sangat amat labil, mudah bosan, dan sejenisnya jadi sering bersemangat di awal tapi kalau sudah bosan dah ditinggal. It’s not great thing btw. Hal ini membuat saya tidak lulus dalam bermacam-macam hal yang sebenarnya ingin saya gapai. Contohnya tentang menulis blog, menulis novel, menulis cerpen, menulis KTI, liqo’, sampai masalah move up aja tidak ada yang istiqomah :(( sebenarnya istiqomah ini menjadi bagian dari kesungguhan dalam mengerjakan sesuatu. Hingga saya menyadari ketika saya tidak istiqomah seperti ini, saya tidak bersungguh-sungguh. Padahal kalau saya lihat-lihat prasasti peninggalan yang saya buat waktu semangat itu lumayan loh, contohnya tulisan saya di blog ini, cuplikan nove yang saya buat, dan lainnya. Saya yakin insyaaAllah bisa kalau sungguh-sungguh. Jadi mari mencoba untuk istiqomah mulai sekarang. Istiqomah menulis blog, upload di facebook, berhijrah, and so on. Berubah sendirian pastilah terasa so much berat. Dan rasanya hal ini jugalah yang membuat saya gagal berualang-ulang dalam berubah. So, sepertinya saya akan mencari teman berhijrah setelah ini :)) Ya Allah tolong berikanlah :)

Number 2 yang ingin saya upgrade adalah tanggung jawab. Saya sering tidak melaksanakan amanah dengan baik. Contohnya tugas kuliah, tugas organisasi, etos, dan lainnya. Saya rasa Septi kurang punya tanggung jawab dalam bekerja. Hal ini membuat saya jadi anggota pasif yang benar-benar membuat saya menyesal saat ini. Sedihnya juga saya menjadi pasif di saat-saat terakhir dalam keberhasilan. Apa saja? KSR, DDV, Despro, etc yang membuat saya saangat menyesal karena melewatkan step terakhir dalam keberhasilan menjadi keluarga mereka :” Setelah ini saya akan berusaha untuk menjalankan amanah yang diberikan dengan baik,  satu-satunya alasan bukan karena jabatan, but karena semua tanggung jawab ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Aku akan berusaha untuk menjadi orang yang bertanggung jawab. Ini juga bagian dari mendidik Tentara Rasulku. Btw, salah satu cita-citaku adalah menjadi ibu dan istri seperti bunda Khadijah yang selalu ada untuk Rasulullah di saat paling berat sekalipun. Kalau saya masih punya sifat yang tidak bertanggung jawab seperti ini, bagaimana bisa saya menjadi istri dan ibu se-tangguh dan se-setia bunda Khadijah? No, ayo Sep! Let’s move up!!

Number 3 masih lanjutan dari number 2. Dalam menjalankan amanah, kuperlu menjadi orang yang mengerjakannya di awal waktu agar hasilnya baik. Saya ingin memperbaiki gelar saya yang lama yaitu Specialist Injury Time, saya ingin merubahnya. Saya ingin jadi geng-geng anti deadliners :” Owkai let’s prove it!!

Jadi saya ingin menjadikan hal ini sebagai challenge for myself. Mari kita coba melakukannya 1 bulan dulu. Apakah saya bisa survive? Owkai, mari kita liat later. Kembali lagi nanti 11 Juli 2019. Apakah akan ada kabar baik? Semoga dan Bismillah. That’s all for now. Wassalamualaikum :”))