I
try not to think of the shadow called “you”
_Taeyeon - FINE_
Kisah ini, tentang dia. Dia yang untuk sesaat kuharapkan
untuk menjadi selamanya. Tentang yang kata bocil-bocil itu cinta. Memang siapa
yang tau rasanya cinta. Ahaha.
Dia yang hanya sesaat ini, aku akan menceritakannya.
Baik, lucu, ke-bapakan, friendly, tampan (?) ah, entahlah. Kisah ini berawal di
masa-masa paling berat dalam hidupku. Masa dimana tiada hari tanpa menangis,
masa dimana tiada waktu selain menyalahkan Tuhan, masa paling jahiliyah dimana
keadilan Tuhan kupertanyakan. Saat itu, satu-satunya yang kurasa hanyalah
hampa. Sepi. Sendiri. Bukan karena orang lain yang meninggalkanku, tapi aku
yang meninggalkan mereka. Dan. Aku pula yang merasakan sepi. Lucu memang, but,
inilah hidup. Hidup gila yang saat ini benar-benar menjadi pelajaran luar biasa
dalam menumbuhkan rasa cintaku kepada sang pencipta. Ketika sakitku mulai
terkuak, ketika hatiku masih belum bisa menerima pilihan Tuhan yang terbaik,
ketika aku masih dipenuhi hujatan-hujatan bagaikan batu ber-api menimpa
tubuhku. Saat itu, aku mencari seseorang, mencari orang yang dapat
menyelamatkanku dari derita masa itu. Siksaan batin yang kubuat sendiri. Ibu?
Ayah? Iya mereka ada. Tapi, mulutku tak sanggup menceritakan semua kepada
mereka. Biarlah mereka hanya mengetahuiku dalam keadaan baik-baik saja. Biarlah
mereka hanya tahu bahwa aku belajar dengan baik. Biarlah mereka hanya tahu
bahwa aku punya banyak teman baru disini.
Aku bilang “Aku sakit, Aku sedih, Aku lelah dengan semua
ini”. Si A bilang “sabar” dan pergi. Si B bilang “Yaudahlah trus kalo gitu mau
diapain lagi. Kita ngk bisa merubah keadaan”. Si C bilang “gapapa”. Ahh, memang
hanya aku yang merasakan. “Kak, aku sedih” “Gimana gimana?” dia mengulik
ceritaku. Mendengar semua ceritaku dibalik sibuknya. Memberi solusi masalahku.
Menemaniku setiap waktu. Sabar atas semua ke-geje-an yang kulakukan. Terus ada
setiap waktu. Boleh kukatakan, hampir setiap hari. Seorang teman bilang “Kawan,
dia hanya baik karena aku minta padanya untuk baik padamu. Dia melakukannya
karena aku bilang kalau kamu butuh dukungan. Bukan alasan lain”. Ahh, memang
aku berharap. Ahaha. Aku tau, sangat tau, semua itu hanya ada dalam pikiranku.
Aku tinggal dalam istana yang kubuat dalam pikiranku, dan dia, ada disana
dengan baik sebagai raja.
Dia, seperti kabut. Semakin jelas sang mentari muncul,
semakin hilang. Iya, dia menjauh, semakin lama semakin jauh. Oo, dia tau. Dia
tau aku memasukkannya dalam suatu tempat dalam diriku. Iya, dia baik. Aku tahu
dia bilang “Kawan, jangan begitu.” Tapi,
entah apakah aku get addicted with him? But, aku selalu merasa membutuhkannya. Layaknya
candu, nikmat tapi membunuh. Aku tahu, ketika aku bersamanya, aku menjadi
lemah. Aku tahu bahwa aku bisa, tapi aku terus meminta perlindungan. Aku menjadi
buruk, tidak berkembang, dan mengecil. Ketika dia, menjadi semakin dewasa, dan
menjulang. “Hah, dan kamu masih merasa layak bersamanya?”. Harapan semu. Aku tahu
bahwa aku.. jauh dari kata layak. Memang. Aku akan menjadi beban bila
bersamanya. Dan, I just 19 years old girl that wanna be a lady. I just a kid. Oh
my, aku selalu menguatkan diriku ketika bercermin. “Nak, kamu harus jadi orang
yang dewasa” dan entah kapan akan terwujud. Aku ingin menjadi ibu. Ibunya
tentara rasul yang berjuang menegakkan agama Allah. Berjuang membangun
peradaban yang Rabbani. Berjuang mengingatkan sesama akan Tuhan kita. Berjuang
untuk orang-orang yang membutuhkan. Berjuang untuk menuju ke surga-Nya.
Dia. Seorang kakak. Aku selalu bilang dia kakak. Memang,
dia seperti kakak. Yang selalu mendengar cerita adiknya, membantu adiknya,
menguatkan adiknya, tapi lebih sering bercanda dan saling mengejek. Aku merasa,
beginilah setan bekerja. Aku tau mereka membisikkanku segala hal indah agar aku
tergoda. Aku bisa bilang, ya kalian berhasil, tapi aku tahu Tuhanku tidak akan
meninggalkanku. Dia selalu menyemangati dan membantuku. Dan aku juga, akan
berusaha melawan kalian, demi Tuhanku. Karena aku tahu, jalan Tuhanku yang
baik. Bukan jalan kalian.
Biar saja, dia menjadi salah satu kisah dalam perjalanan
1,5 jam aku di dunia ini. Entah akan menambah cerita bersamaku, atau hanya
sesingkat ini. Yang kutahu, pasti jalan Allah terbaik. Aku percaya. Biarlah keberadaanmu
sesaat ini, menjadi pelajaran bagiku. Pelajaran untuk menjadi orang yang
dewasa. Pelajaran untuk menjadi orang yang baik. Pelajaran untuk selalu
bahagia. Juga, pelajaran untuk selalu bersama Allah. Harapanku, semoga kamu
menjadi ayah yang baik dan aku akan menjadi ibu yang baik. Walau dengan cerita
masing-masing dan seseorang yang “mungkin” berbeda. Aku akan menjadi kuat. Berusaha
menjadi kuat. Terimakasih atas keberadaanmu kemarin, terimakasih sudah
menemaniku ketika berada di jalan buntu, terimakasih sudah membaritahuku untuk
bahagia, terimakasih sudah memberitahuku untuk kembali kepada Allah.
